Penyebab Kerusakan Bulu pada Burung beserta Perawatan dan pencegahan

Penyebab Kerusakan Bulu pada Burung beserta Perawatan dan pencegahan

Penyebab kerusakan bulu pada burung

Seringkali kita mengalami kerusakan pada Bulu burung peliharaan kita, misalnya mudah patah, bentuk tidak karuan, bulu nyerit atau nyisir, serta terdapat garis pada bulu, hal bisa terjadi karena sangat berkaitan dengan nutrisi dan kondisi burung. Pada beberapa kasus, bisa juga terjadi karena burung yang terlalu agresif. Misalnya, burung yang rusak bulunya karena menabrak jeruji sangkar atau sebab lain seperti sangkar kurang luas, sementara burung memiliki ekor panjang seperti murai batu atau cendet. Dibawah ini beberapa penyebab terjadinya bulu rusak, diantaranya :

  1. Bulu rusak akibat kekurangan nutrisi

Tidak bisa dipungkiri, pemberian nutrisi yang berkualitas menjadi syarat penting bagi pertumbuhan bulu yang sehat. Kekurangan nutrisi menjadi penyebab utama dari kasus kerusakan bulu pada burung. Untuk memiliki bulu-bulu yang lengkap, kuat menancap, dan mengkilap (khususnya bagi burung jantan) juga diperlukan Vitamin dan mineral. Namun beberapa jenis vitamin dan mineral terkadang tidak bisa tercukupi hanya melalui pemberian pakan utama maupun pakan tambahan (extra fooding). Dalam kondisi parah, kerusakan bulu bisa menyebabkan burung mengalami mabung di luar waktunya (mabung stress). Burung yang mengalami kekurangan nutrisi juga tidak akan mampu memperbaiki bulu-bulunya yang rusak, sehingga bulu jatuh dengan sendirinya, dan tidak akan pernah bisa tumbuh lagi (botak permanen).

 

  1. Bulu rusak akibat kondisi burung

Bulu yang rusak akibat kondisi burung misalnya ketika memasuki masa mabung, karena biasanya kita justru memberikan perawatan yang tidak tepat soal mandi, jemur, maupun makanannya. Hal ini menyebabkan burung mengalami stres, dan akan termanifestasi dalam bentuk garis-garis sejajar pada bulu-bulu burung setelah mabung rampung. Garis-garis ini sering disebut garis stres. Garis stres merupakan akumulasi dari kondisi stres yang dialami burung, terutama sebelum dan selama masa mabung, yang akan muncul setelah masa mabung selesai. Penyebabnya bisa bermacam-macam, mulai dari stres akibat perlakuan yang tidak benar dalam perawatan mabungnya, kekurangan gizi, dan sebagainya. Namun terkadang bulu rusak juga dapat terjadi akibat karakter burung. Misalnya sewaktu dilombakan, burung terlalu agresif sehingga sering menempel jeruji sangkar, yang berakibat bulu-bulunya (terutama ekor) cepat sekali rusak dan menjadi tidak beraturan. Hal ini kerap terjadi pada burung murai batu dan cendet, yang memang memiliki ekor lebih panjang dari jenis burung lainnya. Sangkar yang tidak sesuai, misalnya terlalu kecil, juga berisiko terhadap kerusakan bulu, baik bulu sayap maupun bulu ekor. Terlebih jika burung tersebut termasuk burung bakalan yang masih liar, sehingga kerap bertingkah laku yang bisa membuat rusak bulu-bulunya. Hal ini juga bisa terjadi pada burung yang sudah jinak, yang akan selalu mengejar-ngejar pemiliknya tanpa mempedulikan bulu sayap maupun ekornya yang tersangkut di jeruji sangkar. Kerusakan bulu juga kerap dialami burung yang kurang aktif. Misalnya dalam kandang aviary yang di dalamnya berisi aneka jenis burung yang digabungkan dalam satu kandang. Perbedaan jenis burung dalam satu kandang menimbulkan apa yang disebut dominasi, di mana seekor burung yang sangat aktif akan mencoba menunjukkan kekuasaannya, melalui cara-cara dominasi. Misalnya mematuk bulu burung lain yang ada di sekitarnya. Burung yang menjadi korban biasanya tidak terlalu aktif, bahkan kemungkinan juga kekurangan nutrisi akibat kalah berkompetisi dalam memperoleh pakan.

  1. Bulu rusak akibat kesalahan perawatan

Kesalahan dalam merawat burung juga menjadi salah satu penyebab bulu rusak. Sebagai contoh ketika burung yang sehabis mandi dalam keadaan basah kuyup langsung dijemur dibwah sinar matahari,  karena seharusnya dianginkan dulu sampai kering, baru selanjutnya dijemur. Penjemuran burung dalam kondisi bulu yang masih basah akan menyebabkan minyak yang terdapat pada permukaan bulu menguap, sehingga bulu menjadi tipis, rentan rusak, dan warnanya pun menjadi tidak berkilauan. Dan juga hal ini dapat membuat bulu burung keriting saat bulu sudah kering.

  1. Bulu rusak akibat kutu/tungau

Kerusakan bulu juga bisa disebabkan adanya kutu atau tungau yang bersarang di dalam sela-sela bulu. Hal ini bisa dilihat dari bentuk bulu yang tidak rapi, dan adanya sobekan di mana-mana yang menyisakan batang bulunya saja. Pencegahan dan penanganannya harus melalui perawatan khusus, karena kutu dan tungau bisa menyebar ke burung lain di dekatnya.

Untuk perawatannya, burung yang terinfeksi bisa dikarantina terlebih dulu atau diasingkan dari burung lain, kemudian diberikan terapi dengan menyemprot larutan FreshAves hingga kutu atau tungau benar-benar menghilang. Larutan ini bisa dibuat dengan melarutkan 5 gram serbuk FreshAves ke dalam 1 liter (1000 ml) air. Setelah rata benar, masukkan ke dalam sprayer dan semprotkan ke seluruh tubuh burung. Produk ini sudah teruji aman bagi burung maupun manusia.

Perawatan dan pencegahan

Setiap hari burung memerlukan nutrisi yang sebagian besar berasal dari pakan harian. Nutrisi inti seperti energi metabolisme, protein, lemak, karbohidrat, dan serat kasar dimungkinkan tercukup dari pakan utama dan extra fooding. Tetapi seperti dijelaskan di bagian awal, kecukupan vitamin dan mineral masih menjadi “teka-teki”. Apalagi hasil dari sejumlah penelitian internasional menyebutkan, sebagian besar burung peliharaan kekurangan viamin A (67 %), vitamin D (97 %), dan mineral kalsium (98 %). Adapun persentase burung yang defisiensi vitamin B sekitar 27 %. Maka dari itu solusi terbaik untuk mengatasi teka-teki kecukupan vitamin dan mineral adalah memberikan asupan dari luar, dalam bentuk multivitamin seperti BirdVit dan multimineral seperti BirdMineral. Multivitamin bisa diberikan 2-3 kali dalam seminggu, sedangkan multimineral cukup sekali dalam seminggu. Beberapa kalangan mengatakan, pemberian multivitamin tidak diperlukan jika burung sudah diberi extra fooding seperti kroto, jangkrik, ulat hongkong dan kandang. Sebenarnya tidak demikian, kecuali jika kita bisa mengetahui kadar vitamin dan mineral masing-masing jenis EF dan pakan utama, kemudian mempertimbangkan jumlah pakan dari setiap jenis EF dan pakan utama yang dikonsumsi.

Lain halnya dengan lima nutrisi inti seperti energi metabolisme, protein, lemak, karbohidrat, dan serat kasar, yang masih bisa kita hitung meski dalam tataran analisis ransum. Hasil penelitian mengenai sebagian besar burung peliharaan kekurangan vitamin A, vitamin D, dan kalsium sudah menunjukkan ada jenis vitamin dan mineral tertentu yang selalu tidak memenuhi apa yang dibutuhkan burung.

Selanjutnya hal lain yang perlu diperhatikan adalah penjemuran burung secara benar, baik suhu dan durasinya. Sebab hal ini dapat mempengaruhi kekuatan bulu dan busa membuat burung mampu memproduksi kelenjar minyak yang melimpah. Itulah sebabnya, mengapa burung Anda sering terlihat aktif berdandan. Itu adalah aktivitas burung yang sedang mengolesi bulu-bulunya dengan kelenjar minyak yang berada di pangkal ekornya.

Sumber : omkicau.com

Posted by Murti K. Dewi

Leave a Comment

Your email address will not be published.